Adat istiadat

1. Pedandanan


Pedandanan adalah seperangkat perlengkapan yang di gunakan oleh adat ranau dalam setiap acara adat baik itu acara pernikahan, khitanan maupun kematian. 

2. Tanjakh buntokh / kejung



Tanjakh buntokh adalah makanan maupun yang di susun secara rapi membentuk persegi.  Kebiasaan ini sudah ada sejak dahulu yang di lakukan secara turun temurun. 

3. Tetangguhan

Acara tetangguhan merupakan acara awal sebelum acara pernikahan dilaksanakan, yang berisikan penyerahan dari keluarga mempelai pria kepada keluarga mempelai wanita. Adapun pokok-pokok yang diserahkan dalam acara tersebut seperti usung-usungan (Oleh-oleh) yang terdiri dari kue-kue, pakaian, sembako dan yang tak kalah pentingnya adalah menyerahkan calon mempelai pria untuk di akad nikahkan. 

4. Heharak an

Heharakan atau biasa disebut arak arakan yaitu kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang yang terdiri dari sanak keluarga untuk mengiri pengantin menuju panggung si tuan rumah. Heharakan ini dilaksanakan saat hari pangan atau di hari H pernikahan.




5. MUAYAK

Muayak adalah acara adat ranau yang biasa ditampilkan pada saat acara malam hari sebelum hari H pernikahan. Muayak biasanya terdiri dari beberapa orang atau kelompok yang menari dan diiringi dengan musik. Lirik lagu dalam muayak biasanya berisi pesan atau kesan yang disampaikan untuk kedua pengantin.

6. BUDAYA SESIAHAN (GBERPACARAN ORANG RANAU )

Sesiahan merupakan adat istiadat yang mengakar dari peninggalan nenek moyang yang di wariskan dan terjaga dari masa kemasa, dari generasi ke generasi yang telah tercipta dari peradaban Ranau bermula.

Seiring dengan perkembangan zaman, dan kemajuan teknologi, sesiahan ini bukan lagi menjadi suatu hal yang biasa di lakukan, dimana sebagian masyarakat sudah menganggapnya "KAMPUNGAN" dan tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman, padahal  budaya  ini mestinya harus di lestarikan, supaya kelak bisa terwarisi di anak cucu kita dan generasi penerus kita hingga akhir zaman.

Tidak sedikit bangsa di dunia ini yang mengalami keterpurukan karena tidak memperdulikan atau melenceng dari garis garis budaya bangsanya, dan alangkah mengerikannya jika suatu saat tidak hanya sesiahan dan sebambangan yang menghilang dari muka bumi, bahkan mungkin suatu saat Bahasa Ranau pun akan hilang dan terlupakan, karena masyarakat kita lebih menyukai budaya luar yang  belum tentu sesuai dengan kepribadian kita sendiri. Ini sangat mungkin terjadi karena sebagian generasi muda lebih menyukai menggunakan bahasa kota seperti Palembang, Tanjung Karang, Jakarta, agar terdengar lebih gaul, hal ini bukanlah suatu yang negatif, namun secara tidak langsung itu bisa menyebabkan tergerusnya bahasa daerah kita yang semestinya harus kita jaga dan lestarikan, bisa kita lihat ada berapa orang di pasar yang berbahasa ranau ketika bertransaksi walaupun, mereka tahu lawan bertransaksi itu memahami bahasa Ranau. Berapa banyak anak, teman saudara kita yang mampu berbahasa ranau dengan  pasih.

Pendapat sebagian orang, budaya sesiahan mestinya tetap terlestari, sebagian masyarakat mungkin menganggap hal itu lebih banyak negatif nya dari pada positifnya, namun itu tergantung dari siapa dan apa niat dari yang menjalaninya. Sebenarnya tidak ada suatu budaya yang di ciptakan untuk merusak moral generasinya.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Destinasi Wisata Terbaru Di Danau Ranau

Bukit Golden adalah destinasi wisata baru Danau Ranau Oku Selatan bagi seluruh warga indonesia khususnya masyarakat Oku Selatan yang mas...